Perwakilan Khusus Kementerian
Luar Negeri Inggris untuk Perubahan Iklim, Sir David King menjelaskan
Pemerintah Inggris menggunakan model Kalkulator 2050 sebagai metode untuk
menjelaskan cara perhitungan energi kepada publik. Metode ini pula yang
digunakan pemerintah Inggris sebagai dasar argumentasi atas perdebatan
penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Inggris.
Awalnya masyarakat Inggris tidak
mempermasalahkan penggunaan energi nuklir untuk pembangkit listrik. Sebelum
tsunami di Fukusima, publik Inggris bisa menerima energi nuklir sebagai bentuk
mengurangi perubahan iklim. Setelah tragedi kebocoran pembangkit nuklir di
Fukushima, masyarakat Inggris mulai mempermasalahkan keamanan energi nuklir dan
meminta pemerintah beralih pada energi angin.
Isu ini sempat mengemuka dan
menjadi perdebatan di berbagai media selama 6 bulan. Pemerintah Inggris
memberikan argumen dan mengggunakan sistem Kalkulator 2050 versi Inggris
sebagai data dukung penjelasan pemerintah kepada publik. Masyarakat pun mulai
sepakat bahwa dari kalkulasi tersebut dapat dihitung bahwa energi nulir lebih
murah dan korban yang ditimbulkan akibat kebocoran pembangkit nuklir jauh lebih
sedikit dibandingkan korban tsunami.
David King menjelaskan bahwa
pemerintah Inggris menargetkan penggunaan energi nuklir mencapai 45-50 persen
pada tahun 2050. Dari sisi biaya, energi nuklir lebih murah daripada energi
angin.
Pemerintah Inggris juga berencana
mengembangkan energi angin sebagai sumber energi selain nuklir karena potensi
energi angin di Inggris cukup besar. Namun sayangnya pembangkitan energi angin
lebih mahal. Berdasarkan pengalaman, pemerintah Inggris tetap akan
mengembangkan energi angin karena jika jumlah pengguna energi angin meningkat,
maka harga keekonomiannya pun akan turut. Oleh karena itu pemerintah Inggris
tetap akan mengembangkan energi angin meski biayanya lebih tinggi daripada
nuklir.
Pemerintah Inggris akan terus
menggunakan Kalkulator 2050 agar proses investasi energi baru terbarukan bisa
lebih efektif dan biaya pembangkitan energi baru terbarukan lebih murah bagi
pemerintah dan sektor swasta.
Duta Besar Inggris untuk
Indonesia, ASEAN dan Timor Leste, Moazzam Malik menjelaskan bahwa hampir semua
nagara menghadapi tantangan dalam keamanan pasokan energi yang aman dan ramah
lingkungan. Kalkulator 2050 telah membantu pemerintah Inggris dalam menyusun
rencana pembangunan energi Inggris dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain
Indonesia, sistem pemodelan ini juga telah diterapkan di 10 negara termasuk
China dan India. Moazzam Malik berharap Kalkulator 2050 dapat membantu
Indonesia dalam mengkomunikasikan kebijakan energi kedepan dan upaya-upaya yang
dilakukan dalam mengurangi dampak perubahan iklim.
Judul : Kalkulator 2050 Menjadi Senjata Perdebatan Energi
Nuklir Di Inggris
Sumber : Litbang Kementerian ESDM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar