Pembangkit Listrik Tenaga Listrik yang
Melimpah di Indonesia
Beberapa
tahun belakangan ini Perusahaan Listrik Negara (PLN) kita gencar
mensosialisasikan program hemat listrik dari pukul 17.00 hingga 22.00.
Alasannya adalah PLN melakukan ini untuk efisiensi energi terutama dalam
menghadapi beban puncak pada jam tersebut. Oleh karena itu masalah peningkatan
konsumsi energi nasional ini harus segera dipecahkan. Perlu di pahami, kebutuhan energi global dalam 30
tahun ke depan akan meningkat dua kali lipat per tahunnya.
Energi
matahari atau tenaga surya. merupakan salah satu energi yang sangat besar,
Energi matahari ini yang dipancarkan ke planet bumi adalah 15.000 kali lebih
besar dibandingkan dengan penggunaan energi global dan 100 kali lebih besar
dibandingkan dengan cadangan batubara, gas, dan minyak bumi.
Permasalahan
energi matahari ini mungkin sedikit banyak mirip dengan energi nuklir.
Sebenarnya secara teknologi bangsa Indonesia sudah mampu mengelolanya. Bahkan
teknologi mutakhir telah mampu mengubah 10-20 % pancaran sinar matahari menjadi
tenaga surya. Secara teoritis untuk mencukupi kebutuhan energi global,
penempatan peralatan tersebut hanya memerlukan kurang dari satu persen
permukaan bumi, Namun sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa bumi
sehingga memiliki energi sinar matahari berlimpah tidak dapat memanfaatkannya
secara baik. Pemanfaatan energi matahari selama ini baru digunakan sebagai
pemanas air di rumah-rumah mewah maupun hotel, itupun masih produk impor.
Padahal, di negara-negara Eropa utara yang relatif miskin sinar matahari,
justru banyak memanfaatkan energi matahari sebagai energi terbaharukan, ramah
lingkungan, dan murah.
Negara
kita setiap tahunnya menadapat energi matahari sebesar 2.500 kW per jam-nya
(sumber lainnya mengatakan bumi secara tak henti disinari energi sebesar 17
triliun kW). Jelas ini merupakan potensi. Mengutip tulisan dari Ivan A. Hadar
dari Infid, energi matahari dapat dimanfaatkan secara solar thermal dan
photogalvanic. Pada prinsipnya solar thermal yaitu sinar matahari diperkuat
cermin yang mengalihkan ke alat penyerap berisi cairan. Cairan ini kemudian
memanas dan menghasilkan uap yang membangkitkan generator turbo pembangkit
tenaga listrik. Di California, AS, alat ini telah mampu menghasilkan listrik
sebesar 354 MW. Dengan memproduksinya secara massal, harga satuan energi
matahari ini di AS, hanya sekitar Rp 100.000 per kW per jam-nya. Hal ini tentu
lebih murah ketimbang energi nuklir dan sama dengan energi dari pembangkit
listrik berbahan baku fosil. Sedangkan pembangkit listrik photogalvanic,
pengunaannya menggunakan sel-sel photogalvanic. Sebagai akibat sengatan sinar
matahari, sel-sel tersebut melepaskan elektron yang dipaksa berputar dengan
dampak terjadinya aliran listrik. Sel-sel tersebut dikemas dan dijual dalam
bentuk modul dan dapat digunakan pada teknologi tegangan tinggi. Memang untuk
saat ini modulnya terbilang cukup mahal. Namun perkembangan kedepannya
diperkirakan harga akan menurun. Sebab salah satu pasarnya adalah mobil tenaga
listrik yang diramalkan akan menjadi mobil masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar